“Inilah aku, utuslah aku”
Hari Sabtu, 12 Juni 2021 adalah hari yang bahagia dan penuh sukacita bagi para suster Ursulin Provinsi Indonesia. Ada 7 suster Ursulin yang mengikhrarkan Tri Prasetya dalam Uni Roma Ordo Santa Ursula.
6 Suster Novis yang mengikhrarkan kaul Pertama yaitu :
- Sr. Lidia Luasti Gulo,
- Sr. Marselina Fitrianis Nehe,
- Sr. Yovita Jijung,
- Sr. Maria Perpetua Belo,
- Sr. Adelheid Medo Wotan, dan
- Sr. Klara Novianti
dan satu suster yunior yang mengikhrarkan kaul kekal Yaitu Sr. Yovita Yutta Sueng.
Perayaan Ekaristi dilaksanakan di Kapel Mater Boni Consilli Komunitas Provinsialat Ursulin- Jl. Supratman 1 Bandung, dengan tema “Ini Aku, Utuslah Aku". Perayaan Ekaristi ini juga disiarkan secara langsung di kanal Youtube Komsos Keuskupan Bandung dan Komsos Ursulin dan dipimpin oleh Pastor Basilius Hendra Kimawan, OSC. Meski berada dalam suasana pandemi covid 19, namun perayaan ini berlangsung dengan penuh hikmat. Hadir pula dalam perayaan ini beberapa Pastor dan Para Suster Ursulin. Perayaan berlangsung tertib dan tetap memperhatikan protokol kesehatan .
Tepat pukul 10.00 WIB ketujuh Suster Yubilaris, Sr. Monika Lita Hasanah,OSU selaku Provinsial Ordo Santa Ursula dan Anggota Dewan Provinsi, Sr. Caroline Samiarsih, OSU selaku pimpinan Komunitas Solo, Sr. Ann Hadjon selaku Pemimpin Novis , dan imam beserta para misdinar memasuki Kapel. Suara merdu koor para Novis dan Postulan Ursulin mengiringi perarakan perayaan ini dan semakin menambah suasana hikmat.
Dalam khotbahnya, Pastor Hendra menegaskan bahwa kaul pertama dan Kaul kekal sesungguhnya sama saja. Di saat kita mengucapkan kaul pertama disitulah kita mengucapkan kaul kekal. Dengan berkaul, kita diajak untuk meninggalkan masa lalu dan memulai hidup baru serta menghidupi kaul-kaul yang diucapkan. Dengan berkaul, kita juga berusaha untuk meninggalkan hawa nafsu. Fokus hidup kita sudah berubah. Fokusnya adalah Tuhan. Dia yang menjadi utama. Dengan berkaul, kita juga diajak untuk menghidupi janji dengan tidak membohongi Tuhan. Sebab Tuhan ada dimana-mana dan Ia tahu apa yang ada di dalam diri kita.
Tantangan jaman sekarang : “ini aku, utuslah dia”
Pada saat para suster memilih tema “ ini aku utuslah aku”, Tuhan tahu bagaimana disposisi batin para suster, maka diharapkan kesungguhan untuk menghayati kata-kata ini. Sebab, dalam realitanya banyak orang seakan-akan siap, tetapi sesungguhnya ketika diutus, bukan lagi “ini aku utuslah aku, melainkan ini aku utuslah Dia” ini adalah tantangan. Maka kemudian, Yesaya menggambarkan ada 2 pertanyaan yang diajukan Tuhan, siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi . Kita dituntut bukan hanya siap diutus tetapi siap untuk pergi. Kita harus mau melangkah, harus mau pergi untuk melakukan hal-hal yang baik bagi banyak orang, gereja dan masyarakat.
Makna Penyerahan diri secara total “Inilah aku, utuslah aku dan pakailah hidup ku untuk menggenapi apa yang menjadi keinginan dan kerinduan hatimu”
Para suster yang berkaul diajak untuk mempersembahkan diri secara total. Sesuai dengan tema yang dipilih: “Inilah aku, inilah hidupku seutuhnya. Hidupku ini seluruhnya kubawa kehadapan Tuhan. Utuslah aku, Tuhan, pakailah hidupku untuk menggenapi apa yang menjadi keinginan dan kerinduan hatimu. Apapun resiko yang menghadang aku siap menghadapinya dan segala beban yang kutanggung, aku siap menanggungnya. Ini aku utuslah aku adalah suatu keputusan pribadi yang bebas dan merdeka. Ini aku utuslah aku berarti kesiapan dan kesigapan untuk melayani Tuhan. Ini adalah jawaban orang-orang yang hidupnya telah diubah oleh Tuhan dan berserah pada-Nya. Bukan kemampuan yang penting tapi kemauan. Bukan masalah bisa atau tidak, tetapi mau atau tidak mau. Bukan hanya di bibir tapi dengan segenap jiwa dan raga mau melakukan sesuatu. Bukan hanya teori tapi ada tindakan nyata. Bukan hanya mengandalkan diri sendiri tetapi mengandalkan Tuhan. Supaya kita mampu menjalankan tugas perutusan ini, yang perlu dilakukan ialah perlu menyatu dengan “Sang Pokok Anggur”. Seperti yang Tuhan Yesus katakan dalam Injil Yoh ( Bdk. Yoh 15: 1-8 ). Ini berarti Yesus menghendaki supaya kita nyambung dan nempel terus dengan Tuhan. Tempel terus dengan Sang sumber, dalam segala yang kita lakukan. Untuk nempel dan bersatu dengan Tuhan dibutuh disposisi batin yaitu ketaatan. Paus Fransiskus menegaskan kunci keutamaan kehidupan kaum religius adalah ketataan. Ketataan juga kunci sukacita dan kreatifitas.
Diakhir homilinya, Pastor Hendra mengajak para suster yang berkaul untuk meneladani “Hati Tersuci Perawan Maria” yang dirayakan hari ini. Hati Bunda Maria, senantiasa selalu diwarnai oleh “Ini Aku Utuslah Aku”. Semoga kita senantiasa meneladani Bunda Maria.
Kesiapsediaan, penyerahan diri, pembaktian diri, dan persatuan dengan Sang Mempelai.
Ada beberapa upacara utama dalam Tri Prasetya Pertama dan Tri Prasetya Kekal, yaitu: Janji kaul, Penerimaan kerudung bagi para suster Novis, tiarap (merebahkan diri bagi suster yang berkaul kekal sebagai lambang penyerahan diri ) pengikhrarkan kaul, penerimaan salib bagi para suster novis dan penerimaan cincin bagi suster yang berkaul Kekal. Masing-masing upacara ini memiliki makna yang mendalam. Melalui janji kaul para suster diajak untuk memiliki sikap kesiapsediaan untuk diutus. Penerimaan kerudung bagi para Suster Novis yang akan mengucapkan Kaul Pertama ini merupakan tanda pembaktian diri. Sedangkan tiarap/ merebahkan diri di depan altar dengan diiringi litani para kudus bagi Suster yang berkaul kekal merupakan lambang penyerahan diri, dan penerimaan kalung dan cincin sebagai lambang persatuan kita dengan Sang Mempelai.
Mengandalkan Cinta dan kesetiaan Tuhan, tetap setia, berdoa dan discernment, mengikuti perayaan Ekaristi serta menghayati kharisma dan nasihat bunda Angela
Di akhir Perayaan ini, Provinsial Ursulin Indonesia, Sr Monika Lita Hasanah mengucapkan terima kasih kepada keluarga dari ke-7 suster dan para Suster yang telah mengambil bagian dalam mendampingi para suster yang berkaul selama masa pembentukan mereka, para Pastor dan semua umat yang hadir dalam misa ini baik secara langsung maupun yang mengikuti secara live streaming. Kehadiran seluruh umat merupakan dukungan yang menguatkan panggilan para suster. Ursulin bersyukur atas keberanian 7 Suster yang menjawab “ ya” pada panggilan Tuhan serta mau mengikrarkan kaul pertama dan kaul kekal. “Unsur lain dalam panggilan ini adalah keberanian menjadi saksi Kristus dan bersedia menjadi mempelai kristus. Mengutip pesan Bapa Paus Fransiskus, “di manapun ada lembaga hidup bakti disana selalu ada sukacita. Para Suster diajak untuk menampakkan wajah sukacita dalam seluruh perjalanan hidup panggilan. Perjalanan yang anda pilih sebagai Ursulin baik pribadi maupun secara komunal mungkin akan ada kepahitan atau ketidakpuasan, untuk itu harus berani melihat motivasi panggilan, berani masuk dalam ruang batin, dan bertanya "bahagiakah aku dalam panggilanku?" Untuk itu, kita harus selalu mengandalkan cinta dan kesetiaan Allah, agar kita sendiri tetap setia, mencari perlindungan pada Bunda Maria, mendengarkan kehendak Allah dengan berdoa dan discernment, mengikuti Perayaan Ekaristi sedapat mungkin serta menghayati kharisma dan nasihat bunda kita Bunda Angela,” pesan Sr. Lita. Ucapan terimakasih juga disampaikan oleh Sr. Yutta sebagai perwakilan dari Para Suster yang berkaul.
"Saudari-saudariku, saya mendesak dan memohon dengan sangat bahwa karena anda telah dipilih menjadi mempelai yang setia dan suci dari Puteri Allah"
Pertama-tama hendaknya anda mau menyadari arti dan konsekuensinya dan menyadari betapa barunya dan mengagumkan keluhuran panggilan ini. Anda harus berbuat apa saja dengan seluruh kekuatan anda untuk tetap setia pada panggilan Tuhan. Untuk mencari dan mendambakan semua cara dan jalan yang dibutuhkan untuk bertahan dan maju sampai akhir’’ (Regula Prakata St.Angela ayat 7-10)
Sr. Yovita Yutta Sueng,OSU