Tahun ini, Asia Pacific Ursuline Conference (APUC) 2025 membawa kami—para putri St. Angela—melangkah ke tanah Australia. Sejak awal, konferensi ini bukan sekadar pertemuan tahunan, melainkan sebuah peziarahan pengharapan: menjumpai sesama, meresapi budaya setempat dan membiarkan diri dibentuk dalam dinamika lintas bangsa dan lintas pengalaman hidup religius.
Langkah Awal: Menyatu dengan Alam, dan Kehidupan
Peziarahan ini diawali dengan program immersion, sebuah ajakan untuk masuk lebih dalam ke kehidupan nyata masyarakat lokal. Kami dibagi dalam dua kelompok:
Kelompok pertama menuju Brisbane, bersama para suster dari India , Taiwan dan Thailand. Dalam pendampingan Sr. Patty, Sr. Mel, dan Sr. Kari, kami diajak menyelami spiritualitas Aborigin—spiritualitas yang begitu dekat dengan alam, yang melihat bumi bukan sebagai objek, tetapi sebagai ibu yang hidup, memberi, dan berbicara. Kami belajar mendengarkan alam, merasakan denyut tanah, dan memahami bagaimana manusia Aborigin hidup dalam keterikatan yang dalam dengan ciptaan.
Sementara itu, kelompok lain menuju Alice Springs, bergabung dengan para suster dari Indonesia, India, dan Filipina. Bersama Sr. Ruth Durick, Sr. Anne Surtees, dan Sr. Mary Wick, kami mengalami kehidupan yang penuh warna di Spiritual Center Paroki St. Theresia. Di sana, kami menjumpai para ibu yang dalam pendampingan para suster, mengekspresikan iman dan identitas budaya mereka melalui seni lukis “dot by dot” khas Aborigin pada salib keramik. Ada keheningan dalam proses kreatif itu, sekaligus kekuatan spiritual yang memancar dari setiap titik warna.
Dimana Disposisi Batinku Saat ini?
Pada Jumat, 23 Mei 2025, kami semua berkumpul kembali di Mary MacKillop Centre, Sydney. Ada rasa haru saat melihat wajah-wajah yang telah melewati immersion yang berbeda-beda namun kini kembali dalam satu lingkaran persaudaraan.
Hari Sabtu pagi, Sr. Kari mengajak kami masuk ke ruang batin. Dengan pertanyaan sederhana namun menyentuh, “Where are you now?”, kami merenung. Kami berbagi berdua-dua, lalu sebagai kelompok besar—tentang apa yang kami rasakan setelah immersion, dan di mana Tuhan kini hadir dalam perjalanan kami. Suatu pengalaman spiritual yang mendalam, yang mengingatkan bahwa setiap peziarahan sejati tak hanya soal tempat, tetapi tentang kesadaran akan kehadiran Allah di dalam diri dan sesama.
Mendalami Sabda: Allah yang Tinggal di Tengah Kita
Hari Minggu, Sr. Mary Coloe, seorang profesor Kitab Suci, membawa kami menelusuri jalinan halus antara Kitab Kejadian dan Injil Yohanes. Ia menunjukkan betapa eratnya relasi antara penciptaan awal dan sabda yang menjadi manusia—Yesus yang tinggal di antara kita. Refleksi ini menjadi titik penting dalam peziarahan kami: bahwa Allah tidak jauh, melainkan tinggal dalam diri kita, dan penciptaan belum selesai. Ia terus bekerja, melalui kita semua.
Mendengar Mereka yang Kecil dan Lemah
Hari Senin membawa kami ke Sekolah Xavier dan sebuah rumah sakit, tempat di mana para pendidik dan tenaga medis berdedikasi bagi mereka yang selama ini tersingkirkan. Di sekolah, kami mendengar suara-suara muda yang dengan bangga menghidupi dan melestarikan warisan budaya Aborigin. Mereka menunjukkan kepada kami bahwa iman dan budaya bukan dua kutub yang saling bertolak belakang, melainkan dua sayap yang mengangkat manusia dalam kebersamaan dan martabat.
Hari itu juga kami menyatu dalam Misa di Katedral Sydney, lalu menikmati keindahan ikon kota seperti Opera House dan Harbour Bridge. Namun keindahan sejati tak hanya di arsitektur megah, tapi pada wajah-wajah sederhana yang menyambut kami dengan hangat.
Melangkah dengan Simbol Harapan
Pada hari terakhir, setiap peserta dari berbagai uni—Uni Roma, Uni Kanada, Uni Thildonk, Ursuline Fransiskane, dan lainnya—berbagi pengalaman tentang bagaimana peziarahan ini menyentuh hidup komunitas mereka. Hadir bersama kami 2 Anggota Dewan Umum Uni Roma yaitu : Sr.Neusimar dan Sr.Caludine Marie. Dalam ritual penutup, kami mempersembahkan simbol kaki—sebuah lambang langkah iman, cinta, dan komitmen. Kami menuliskan apa yang kami hayati dalam perjalanan ini, dan mempersembahkannya bersama.
Kami bersyukur atas Sr. Kari – Provinsial Ursulin Asuyang menuntun perjalanan batin kami dengan kelembutan dan ketegasan, kepada Sr. Ruth yang dengan tekun mengurus perizinan perjalanan, dan seluruh Dewan Penasehat Provinsi Australia serta para suster Ursulin Australia yang membuka rumah dan hati mereka untuk menyambut kami.
Pertemuan APUC tahun ini bukan hanya sebuah acara. Ia adalah napas baru, api semangat, dan langkah bersama sebagai Putri-Putri St. Angela—melanjutkan peziarahan pengharapan dalam keberagaman budaya dan ketekunan panggilan.
Sr. Veronica Sri Andayani, OSU